Berikut adalah hasil seleksi yang dilakukan oleh Pustakawan STIKes RS Dustira dari hasil penelitian mahasiswa dengan kasus penyakit stroke. Informasi abstrak karya tulis ilmiah mahasiswa ini dapat diakses di Repositori STIKes RS Dustira.
Tanggal penyusunan: 13-09-2024
oleh: Shanti Maulani, S.IIP
No | Penulis | Intervensi | Tahun Penelitian | Hasil Penelitian |
1 | Muhammad Difa Dwi Purnama |
Mobilisasi Miring Kanan Kiri |
2024 | Hasil pengkajian didapatkan pasien lemah anggota gerak sebelah kanan, disertai kulit sedikit kemerahan dan lembab dengan Skala Braden 13 (risiko sedang). Masalah keperawatan yang muncul adalah risiko gangguan integritas kulit. Intervensi penerapan teknik mobilisasi miring kanan miring kiri diberikan selama 3 hari dalam 1 hari dilakukan 2 jam miring kanan 2 jam miring kiri dan 2 jam terlentang. Evaluasi didapatkan pasien mengalami peningkatan Skala Braden menjadi 16 (risiko ringan), kemerahan menurun. Disimpulkan bahwa teknik tersebut efektif dalam menurunkan risiko gangguan integritas kulit. |
2 | Lilik Azizah |
Bladder Training |
2024 | Teknik bladder training dilakukan selama satu hari sebelum pasien pulang dengan waktu 2 jam selama 3 kali. Hasil studi kasus penerapan bladder training dan hasil pengkajian yang didapat menunjukkan sebelum dilakukan intervensi sensasi berkemih menurun dan setelah diberikan intervensi sensasi berkemih mengalami peningkatan. Evaluasi sumatif yang didapat menunjukkan adanya pencapaian dalam target indikator yang sudah ditetapkan dalam kriteria hasil yaitu pada satu hari sebelum pasien pulang. Dapat disimpulkan bahwa tindakan bladder training dapat mengatasi masalah inkontinensia urin fungsional pada pasien stroke non hemoragik |
3 | Kusmarwan |
Genggam Bola pada Ekstremis Atas dan ROM |
2024 | Hasil pengkajian pasien mengeluh lemah, kekuatan otot sebelah kanan 2/2. Implementasi dilakukan selama 4 hari dengan durasi 2 kali 20 menit. Evaluasi pasien mengalami peningkatan kekuatan otot semula dari kekuatan otot 2 (cukup menurun), dan setelah dilakukan tindakan kekuatan otot menjadi 4 (cukup meningkat). Dapat disimpulkan bahwa penerapan genggam bola pada ektremitas atas dan ROM pada ektremitas bawah dapat meningkatkan kekuatan otot. |
4 | Hendi Hanova Rizki Nur Tisna |
Range of Motion (ROM) Pasif |
2024 | Hasil pengkajian didapatkan terdapat kelemahan anggota badan sebelah kiri, rentang gerak tidak normal, dan nilai kekuatan ekstremitas kiri bagian atas dan bawah 3 sehingga masalah keperawatan didapatkan gangguan mobilitas fisik. Implementasi latihan ROM pasif selama 5 hari dengan setiap gerakan diulang 8 kali dan dikerjakan minimal 2 kali dalam waktu 15 menit. Evaluasi yang dicapai pada studi kasus ini yaitu nilai kekuatan otot, pergerakan yang pada awalnya 3 (sedang) menjadi 4 (cukup meningkat). Maka dapat disimpulkan bahwa penerapan latihan ROM pasif dapat mengatasi mobilitas fisik. |
5 | Salwa Cikalifa Desty Hadi |
Posisi Lateral Inklin 30° |
2024 | Fokus intervensi dilakukan dengan memberikan penerapan posisi lateral inklin 30° selama 6 hari dengan implementasi sebanyak 3 kali dalam satu hari. Hasil studi kasus didapatkan perfusi jaringan meningkat, kerusakan jaringan menurun, kerusakan lapisan kulit menurun, kemerahan hematoma menurun, suhu kulit membaik, dan sensasi membaik pada implementasi hari ke 6. Evaluasi menunjukkan adanya pencapaian kriteria peningkatan integritas kulit dan jaringan menggunakan instrument skala braden yang menunjukkan perubahan dengan awal skala 8 menjadi 19. Disimpulkan bahwa tindakan penerapan posisi lateral inklin 30° dapat mengatasi masalah risiko gangguan integritas kulit. |
6 | Delila Nisya Fadilla | Mirror Therapy | 2024 | Hasil pengkajian didapatkan klien merasa sulit dan kaku menggerakkan ekstremitas atas kiri dengan hasil kekuatan otot 3. Sehingga masalah yang diambil yaitu gangguan mobilitas fisik. Fokus perencanaan yaitu memberikan mirror therapy dengan melakukan mengukur kekuatan otot sebelum dan sesudah dilakukan mirror therapy. Tindakan ini dilakukan selama 4 hari dengan durasi waktu setiap pertemuan 15 menit. Evaluasi yang dicapai pada studi kasus ini adalah hasil adanya respon gerak dengan kekuatam otot 3. Dapat disimpulkan intervensi mirror therapy adanya respon gerak pada ektremitas atas kiri klien dan dapat dilakukan secara mandiri dengan didampingi keluarga, sehingga penulis merekomendasikan kepada keluarga untuk melakukan intervensi ini secara rutin. |
7 | Muhamad Edi Saputro | Terapi Menggenggam Bola Karet | 2024 | Hasil studi kasus yang didapatkan menunjukan bahwa pasien mengeluh lemas pada ekstremitas atas bagian kanan, tekanan darah 110/90mmHg , respirasi 22x/menit, SpO2 97%, tidak terdapat edema pada ektremitas atas bagian kanan. Hasilnya menunjukan bahwa terapi menggenggam bola karet bergerigi pada pasien stroke efektif, hal ini ditandai dengan meningkatnya kekuatan otot yang semula bernilai 2 menjadi 3. Berdasarkan hasil studi kasus dengan diagnosa medis stroke yang dilaksanakan pada tagal 2-7 Mei 2024, disimpulkan bahwa tindakan terapi menggenggam bola karet bergerigi dapat meningkatkan kekuatan otot. |
8 | Fajar Sidik Sopyan | Terapi Genggam Bola Karet | 2024 | Hasil studi kasus pada pasien stroke didapatkan bahwa pasien mengeluh tangan dan kakinya susah untuk digerakan, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 113x/menit, suhu 36,6°C, respirasi 26x/menit. Pemberian terapi genggam bola karet dilakukan 4x selama 4 hari berturut turut, hasilnya menunjukan bahwa terapi genggam bola karet pada pasien stroke ini efektif untuk meningkatkan kekuatan otot. |
9 | Davin Arya Medyantara Pratama | Latihan Genggam Bola | 2024 | Hasil studi kasus didapatkan bahwa klien mengeluh sulit menggerakan ekstremitas atas, tidak terdapat otot bantu nafas, respirasi 20x/menit, tekanan darah 150/80mmHg. Pemberian terapi genggam bola diberikan 6 kali selama 6 hari berturut-turut dengan durasi 20 menit, hasilnya menunjukan bahwa terapi menggenggam bola pada pasien stroke ini efektif untuk meningkatkan kekuatan otot yang semula bernilai 2 menjadi 3. Kesimpulan dari hasil studi kasus menunjukan bahwa terapi menggenggam bola dapat meningkatkan kekuatan otot pada pasien stroke. |
10 | Putri Tsaniya Ghassani Supangat | Intervensi Neuromuscular Electrical Stimulation dan Terapi Latihan | 2024 | Pemberian intervensi neuromuscular electrical stimulation dan terapi latihan penguatan berupa squat, heel raise dan bridging bertujuan untuk meningkatkan kekuatan otot, balance exercise dan metode Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF) bertujuan untuk meningkatkan keseimbangan dan koordinasi, serta memfasilitasi perbaikan pola berjalan pada pasien hemiparese. Hasil evaluasi kekuatan otot dengan Manual Muscle Testing (MMT) didapatkan adanya peningkatan kekuatan pada beberapa otot dan evaluasi keseimbangan dengan Timed Up and Go Test (TUG) terdapat adanya sedikit peningkatan keseimbangan serta belum terdapat adanya perbaikan pada pola berjalan. Pemberian intervensi neuromuscular electrical stimulation dan terapi latihan penguatan berupa squat, heel raise, dan bridging memiliki potensi dalam meningkatkan kekuatan otot serta balance exercise dan metode PNF dapat meningkatkan keseimbangan dan fungsi motorik dengan frekuensi latihan yang intensif pada pasien hemiparese. |
11 | Ilham Dulfahmi | Latihan Rentang Gerak dan Genggam Bola | 2023 | Hasil studi kasus ini menunjukkan bahwa pasien mengeluh lemah dibagian tangan dan kaki kiri dengan nilai kekuatan ektremitas atas 2/5 dan ektremitas bawah 2/5 sehingga masalah keperawatan yang diangkat yaitu gangguan mobilitas fisik. Latihan rentang gerak dan genggam bola dilakukan pada pagi hari selama 4 hari selama 15-20 menit. Evaluasi yang dicapai pada kasus ini yaitu gangguan mobilitas fisik sedang yang awalnya cukup menurun dan target yang ingin dicapai cukup menurun dengan nilai kekuatan otot yang tangan dan kaki kiri yang awalnya 2 (cukup menurun) naik menjadi 3 (sedang). Maka dapat disimpulkan bahwa penerapan latihan rentang gerak dan genggam bola dapat meningkatkan kekuatan otot dan otot genggam pada pasien pasca stroke non hemoragik dapat meningkatkan mobilitas fisik. |
12 | Nuntun Roso Pambudi | Mirror Excercise | 2023 | Hasil studi kasus ini menunjukan bahwa pasien mengalami sulit menggerakan ekstermitas, kelemahan otot dan aktivitas menurun.sehingga masalah yang di angkat adalah gangguan mobilitas fisik. Dilakukan intervensi selama 4 hari berturut -turut dengan frekuensi 1 kali sehari. Evaluasi yang dicapai pada studi kasus ini bahwa penerapan terapi mirror ecersice pada pasien stroke non hemoragik dapat mengatasi gangguan mobilitas fisik.Dapat di simpulkan bahwa setelah melaksanakan terapi mirror ecersice selama 4 hari, gangguan mobilitas fisik dengan diagnosa medis stroke non hemoragik dapat teratasi. |
13 | Dita Nur Salwa | Pemberian Latihan Menelan | 2023 | Hasil pengkajian yang didapatkan, pasien mengalami kesulitan menggerakkan lidah ke kanan kiri dan atas, reflek menelan mengalami gangguan, terdengar pelo saat berbicara, pasien sering mengalami tersedak saat makan ataupun minum sehingga diangkat masalah keperawatan gangguan menelan. Latihan menelan dilakukan 3 kali sehari dalam kurun waktu 7 hari dengan durasi waktu 30 menit untuk 1 kali pertemuan. Evaluasi yang dicapai pada kasus ini yaitu gangguan menelan yang awalnya reflek menelan 3 (sedang) setelah dilakukan tindakan menjadi 4 (cukup meningkat). Disimpulkan bahwa latihan menelan dapat meningkatkan reflek menelan kepada pasien stroke yang mengalami gangguan menelan. |
14 | Neng Rahma Sabila | Masase Abdomen | 2023 | Hasil pengkajian didapatkan pasien belum BAB selama 2 hari, bising usus 6x/menit, nilai Constipation Scoring System 5. Masase abdomen dilakukan satu kali sehari selama 6 hari. Hasil studi kasus pasien mampu defekasi pada hari ketiga, dapat disimpulkan bahwa masase abdomen dapat mencegah konstipasi pada pasien stroke. |
15 | NUR YAJID | Intervensi Electrical Stimulation (ES) dan Terapi Latihan | 2023 | Hasil yang diperoleh setelah melakukan terapi sebanyak 4x yaitu adanya peningkatan kekuatan otot menggunakan Manual Muscle Testing. Hasil yang didapat dari T1 hingga T4 yaitu: pada extremitas atas regio wrist T1 – T3 bernilai 2 dan pada T4 bernilai 3. Sedangkan pada extremitas bawah regio knee T1 – T2 bernilai 2 dan pada T3 – T4 bernilai 3, Terdapat hasil yang signifikan pada aktivitas fungsional menggunakan Index Barthel. Hasil yang didapatkan T1 – T3 dengan jumlah skor 45 dan pada T4 dengan jumlah skor 55, Adanya peningkatan keseimbangan dengan Poma Tinetti. Hasil yang didapatkan pada section balance T1 – T3 bernilai skor 3 dan T4 bernilai skor 4. Sedangkan pada section gait belum menunjukkan hasil yang signifikan. Pemberian modalitas Electrical Stimulation (ES) terdapat peningkatan kekuatan otot dan terapi latihan terdapat adanya peningkatan aktivitas fungsionalnya pada kasus Hemiparese Dextra e.c Stroke non Hemorrhagic. |
16 | Rio Rafael Ibrahim | Range of Motion (ROM) | 2023 | Hasil pengkajian didapatkan data klien kaku, sering merasa kesemutan. Keluhan tersebut dirasakan ketika klien beraktivitas berlebihan dan berkurang ketika beristirahat. Hasil penelitian setelah dilakukan latihan Range Of Motion (ROM) menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap perubahan kekuatan otot ekstremitas atas. Pemberian latihan Range Of Motion (ROM) dapat menurunkan kekakuan pada otot ekstremitas atas dan meningkatkan kekuatan otot. Dapat disimpulkan bahwa penerapan latihan Range Of Motion (ROM) ini dapat menjadi salah satu cara dalam membantu klien untuk meningkatkan kekuatan otot. |
17 | I Gede Prawira Sutrawan | Mirror Therapy | 2023 | Hasil pengkajian yang didapatkan yaitu keluarga belum mampu merawat anggota keluarga yang menderita stroke. Masalah keperawatan yaitu gangguan mobilitas fisik dimana fokus implementasi yaitu melakukan pengkajian, Pendidikan kesehatan dan latihan mirror therapy dilakukan selama 5 hari 10 kali pertemuan selama 15-20 menit. Evaluasi yang dicapai pada studi kasus ini yaitu klien dan keluarga dapat memahami latihan mirror therapy dan kekuatan otot tangan kanan pasien meningkat dari derajat 3 menjadi derajat 4, kaki kanan meningkat dari derajat 2 menjadi derajat 3. Dapat disimpulkan bahwa latihan mirror therapy ini ada peningkatan. |
18 | Rio Rivaldo | Metode Bobath | 2023 | Sebelum dilakukan metode bobath pada pasien gangguan mobilisasi di dapatkan hasil 37 dengan resiko jatuh menengah seperti pasien kesulitan beraktivitas seperti berjalan, sulit menjaga keseimbangan dan pada ekstermitas atas dan bawah terasa kaku. Setelah dilakukan metode bobath didapatkan hasil 41 dengan resiko jatuh rendah seperti pasien dapat menjaga keseimbangan. |
19 | Oktaviandi Nurjaman | Range of Motion (ROM) | 2023 | Hasil pengkajian klien mengatakan mengalami kelemahan otot sehingga tidak bisa menggerakan ekstremitas atas dan bawah, hanya bisa melakukan gerakan pada bagian tangan kiri. Diagnosa keperawatan yang diangkat yaitu gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit stroke non hemoragik. Tahap perencanaan yang dilakukan yaitu pendidikan kesehatan dan latihan range of motion (ROM) yang dilakukan 3 kali dalam seminggu, dengan satu hari dilakukan 2 kali pada pagi dan sore hari yang berdurasi 10 – 15 menit. Hasil evaluasi yaitu gangguan mobilitas fisik dapat teratasi dengan kriteria hasil kekuatan otot pada ekstremitas meningkat, pada ekstremitas kanan atas/bawah dari skala 2 menjadi 3 dan ekstremitas kiri atas/bawah dari skala 5 menjadi 5. |
20 | Mohammad Alwan Rendy Saenolloh | Teknik Shaker Exercise | 2022 | Data-data yang ditemukan dari hasil pengkajian menunjukkan bahwa pasien mengalami stroke infark dan diagnosa keperawatan yang muncul adalah gangguan menelan berhubungan dengan gangguan saraf kranial ditandai dengan mengeluh sulit menelan, dan tersedak. Shaker exercise selama 4 hari dalam waktu 15 menit yang mana diharapkan dapat meningkatkan kemampuan menelan. Pada hari pertama hingga hari ketiga pasien belum menunjukkan hasil yang signifikan, pasien bisa menelan dengan baik pada hari keempat. GUSS merupakan metode penilaian tingkat keparahan resiko aspirasi dan untuk mengidentifikasi pasien stroke infark dengan gangguan menelan. Evaluasi yang dicapai dari studi kasus ini dengan metode GUSS (Gugging Swallowing Screen) kemampuan menelan membaik, tersedak menurun, usaha menelan membaik. Kesimpulan bahwa teknik shaker exercise dapat diberikan sebagai asuhan keperawatan yang optimal kepada pasien stroke infark yang mengalami gangguan menelan. |
21 | Intan Anggraeni Sharon | Latihan Terapi Masase Abdomen | 2022 | Berdasarkan hasil akhir dari evaluasi studi kasus dengan diagnosis medis stroke iskemik dan masalah keperawatan konstipasi tindakan yang dilakukan selama 3 hari dapat disimpulkan bahwa konstipasi dapat teratasi dalam waktu 3 hari menggunakan intervensi yang berfokus yakni teknik terapi masase abdomen. Masase Abdomen efektif untuk mengatasi konstipasi pada pasien stroke. |
22 | Ahmad Tri Hantoro | Terapi A.I.U.E.O | 2022 | Hasil studi menunjukkan bahwa pasien mengalami peningkatan kemampuan bicara yang cukup baik di hari ke-4 sampai dengan hari ke-7. Intensitas terapi sehari dua kali dengan waktu untuk sekali terapi AIUEO selama 3 jam. dengan tolak ukur menggunakan lembar observasi skala Fungsional Derby dengan nilai 9-15. Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa terapi AIUEO dapat diberikan sebagai asuhan keperawatan pada pasien stroke dengan gangguan komunikasi verbal. Penulis merekomendasikan kepada pasien dan keluarga untuk melakukan intervensi ini secara mandiri serta rutin sehari dua kali agar pengucapan huruf dan artikulasi lebih jelas. Evaluasi yang tercapai dari studi kasus ini yaitu kemampuan berbicara cukup meningkat, kesesuaian ekspresi wajah/tubuh cukup meningkat, kontak mata meningkat, afasia cukup menurun, disartria cukup menurun, dislalia cukup menurun, dan pelo menurun. |
23 | Elysa Rosginawati Noor | Oral Hygiene | 2022 | Hasil studi kasus ini menunjukan bahwa pasien mengalami prnurunan kesadaran, kebersihan mulut memburuk sehingga masalah keperawatan yang diangkat adalah resiko aspirasi. Penerapan oral hygiene dilakukakn selama 3 hari dengan frekuensi 2 kali pertemuan pagi dan sore. Evaluasi yang dicapai ada studi kasus ini bahwa penerapan oral hygiene pada pasien stroke hemoragik dapat mencegah resiko aspirasi. |
24 | Karmila | Teknik Mirror Exercise | 2022 | Hasil pengkajian yang didapatkan pasien mengatakan lemah dibagian ektermitas atas kiri dan bawah kiri dengan skala 3 yang diukur oleh Manual Muscle Testing (MMT). Masalah keperawatan yang diangkat yaitu ganggguan mobilitas fisik. Intervensi yang dilakukan yaitu terapi nonfarmakologis melalui penerapan teknik mirror exercise. Hasil akhir dari evaluasi tindakan yang telah dilaksanakan selama 5 hari dapat disimpulkan bahwa gangguan mobilitas fisik dapat teratasi sebagian dalam waktu 5 hari dari skala 3 di hari pertama menjadi skala 4 di hari ke 5. Berdasarkan hasil yang didapatkan bahwa teknik mirror exercise dapat membantu meningkatkan kekuatan otot pasien stroke infark. |
25 | Livya Kusumawati | Terapi Menggenggam Bola Karet | 2022 | Hasil evaluasi yang didapatkan pada hari pertama penilaian kekuatan otot dengan menggunakan skala MMT 0-5 didapatkan skala 2 dan pengukuran kekuatan otot menggunakan handgrip dynamometer 13,5 kg dengan kategori (kurang sekali) dan pada hari ke empat mengalami peningkatan kekuatan otot skala menjadi 3 yaitu mampu bergerak dan melawan gravitasi tanpa tahanan. Pada hari ke tujuh kekuatan otot menjadi 24,52 kg (sedang) kekuatan otot meningkat. Didapatkan hasil bahwa masalah keperawatan gangguan mobilitas fisik dengan terapi menggenggam bola karet mampu meningkatkan kekuatan otot |
26 | Grafithea Nurazzybach | ROM (Range of Motion) | 2022 | Hasil penelitian didapat data kekuatan otot menurun. Diagnosis keperawatan gangguan mobilitas fisik, intervensi keperawatan yang diberikan adalah latihan ROM pasif dua kali sehari bertujuan dapat meningkatnya kekuataan otot. Implemnetasi hari ke 1, ke 2 dan ke 3 dengan hasil pengkajian gangguan mobilitas. Evaluasi setelah 3 hari pemberian intervensi pasien dapat menggerakkan kaki kanan. |
Data Update: 13-09-2024. (SM)